Entah apa yang sedang zilfan pikirkan, sejak tadi siang dia
melamun. Sebenarnya zilfan melamun semenjak ia bertemu dengan salah seorang
perempuan yang mengingatkannya pada sahabat semasa kecilnya. Sejak saat itu,
zilfan memikirkan perempuan yang ia temui siang tadi. Sempat zilfan ingin
menegurnya, namun ia canggung. Sebab ia belum begitu kenal dengan perempuan
tadi. Tapi dalam pikirannya, ia yakin bahwa perempuan itu adalah teman semasa
kecilnya. Disatu kesempatan zilfan sempat berpapasan dengan perempuan itu,
tepatnya di koridor kampus. Saat itu zilfan memberanikan diri untuk menyapa
perempuan itu. Kebetulan perempuan itu memang teman satu fakultas zilfan, namun
beda jurusan.
“assalamu’alaikum” sapa zilfan saat ia bertemu dengan
perempuan itu. zilfan memanggilnya dengan sebutan zahra wannabe. Entah apa
maksud zilfan memanggil perempuan itu dengan sebutan zahra wannabe. Mungkin
karena nama sahabat semasa kecil dia itu zahra. Tapi zahra yang dulu sama zahra
yang sekarang itu sangat jauuuh berbeda. Karena sejak kecil zahra tidak pernah
memakai yang namanya kerudung. Tapi saat ini, zahra lebih anggun dengan
kerudung yang ia kenakan di kepalanya. Zilfan semakin mengagumi sosok zahra.
“wa’alaikumussalam mas” jawab perempuan yang zilfan sangka
bernama zahra itu
“maaf, ada apa ya mas ?” tanya perempuan itu
“emm.. emm...” zilfan bingung mau jawab apa. Kalau misalkan
zilfan langsung tanya kalau dia itu zahra atau bukan, itu pasti bikin malu
banget. Tapi kalau misalkan zilfan ga jawab sama sekali, itu bakalan lebih malu
lagi. Perempuan itu cuman bisa mandang zilfan dengan tatapan aneh dan curiga
tentunya.
“emm..emm.. maaf mba. Saya mau tanya” zilfan menjawab dengan
grogi
“mau tanya apa ya ?” kata perempuan itu
“emm.. ruang rektor disebelah mana ya ?” plaakk. Pertanyaan zilfan sebenarnya
terlalu konyol, karena apa yang ia tanyakan toh bisa ia jawab sendiri. RUANG
REKTOR? Dia kan sering lewat ruangan itu, jadi buat apa dia nanya dimana ruang
rektor berada?? Dasara aneh memang. Perempuan
yang ia curigai sebagai zahra pun merasa aneh ketika zilfan menanyakan
pertanyaan seperti itu. sebenarnya perempuan itu tidak tahu kalau ternyata
zilfan tuh kehabisan kata-kata setiap ketemu dia, habisnya wajahnya itu lohh
yang buat zilfan mendadak eror kalau setiap ngeliat dia.
“ruang rektor disebelah sana mas” akhirnya perempuan itu
menjawab juga pertanyaan zilfan yang cukup aneh, malah bisa jadi sangat aneh di
pikiran perempuan itu.
“oh gitu, makasih ya mba” jawab zilfan, berterima kasih.
Perempuan itu menjawab hanya dengan sebuah anggukan.
“eem.. nama mba siapa?” tanya zilfan (nah kalau pertanyaan
yang ini gak sekonyol pertanyaan yang sebelumnya, karena kalau pertanyaan yang
ini, zilfan bener-bener pengen tau banget
nama perempuan itu)
“zahra mas” jawabnya singkat, kemudian berlalu begitu saja
“zahra tunggu” kata zilfan setengah berteriak. Zahra langsung
menghentikan langkahnya, kemudian membalikan badannya ke arah zilfan
“iya mas, ada apa ?” tanya zahra yang masih Aneh dengan
sikap zilfan
“eemmm.. aku zilfan zahra” kata zilfan (masih grogi)
Tiba-tiba raut wajah zahra yang tadinya tampak aneh dengan
sikap zilfan, langsung sumringah begitu saja.
“muhammad zilfan alfian ??” tanya zahra ( masih dengan raut
wajah yang sumringah )
Zilfan langsung mengangguk cepat “iya zahra. Itu nama aku”
jawab zilfan dengan sumringah.
---------------------------------------------
“skenario Allah itu indah ya zahra” kata zilfan tiba-tiba,
ketika mereka sedang berada di kantin. Zahra hanya menjawab dengan anggukan,
kemudian tersenyum. “senyum yang indah” pikir zilfan.
“ skenario Allah itu indah pada wktunya ya ra, buktinya kita
bisa ketemu lagi “ kata zilfan, mengulang omongannya yang pertama. Zahra cuman
nyengir, kemudian menjawab
“ kamu ini apa-apaan sih fan. Yaa kalau kita ketemu saat
ini, kan memang udah rencana Allah yang mempertemukan kita” jawab zahra
“iyaaa aku tau. Yaaa tapi ga nyangka aja gitu kalau kita itu
bisa satu tempat kuliah, udah gitu satu fakultas pula. Yaa cuman beda jurusan
aja, hehehe “ kata zilfan. Zahra cuman bisa tersenyum.